Sabtu, 20 Februari 2016

Pembangunan di Madura Diharapkan Lebih Cepat Usai Penurunan Tarif Tol Suramadu

Surabaya – Penurunan tarif biaya masuk di Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) diharapkan mampu berperan dalam mempercepat pembangunan di Pulau Madura. Oleh karena itu, Badan Pengelolah Wilayah Suramadu (BPWS) selaku pihak penggelola, diharapkan bisa meningkatkan kinerjanya.
DPRD Jawa Timur sendiri sempat menilai bahwa selama ini peran BPWS tak terasa dalam perkembangan pengelolaan Suramadu dan dampak positifnya terhadap pembangunan di Madura. Keberadaan Jembatan Suramadu seperti tidak mampu memberikan manfaat sebagaimana yang seharusnya bagi kepentingan Madura maupun Surabaya.
Sebaliknya, bila BPWS mampu berinovasi dan bekerja dengan sangat baik, tentu pembangunan yang dimulai di kaki Jembatan Suramadu akan bergerak semakin pesat.

Minggu, 08 Maret 2015

Budaya Carok Pak Sakera

HAKIKAT BUDAYA CAROK DI PULAU MADURA DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
A. Pengertian Budaya Carok dan Celurit
Menurut Zulkarnain, dkk. (2003: 75) Carok dalam bahasa Kawikuno artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga besar. Carok adalah sebuah pembelaan harga diri ketika diinjak-injak oleh orang lain, yang berhubungan dengan harta, tahta, dan wanita. Intinya adalah demi kehormatan,” papar Ibnu Hajar, budayawan Sumenep. Sebenarnya budaya carok yang sudah menjadi ikon bagi orang Madura, sampai detik ini masih belum jelas asal-muasalnya. Berdasarkan legenda rakyat, adalah bermula dari perkelahian antara Pak Sakera dengan dua bersaudara, Markasan dan Manbakri, yang antek-antek Belanda.

Minggu, 22 Februari 2015

Kisah Perlawanan Pak Sakera Hingga Mati digantung Belanda

Kisah Pak Sakera memang tidak banyak ditemukan dalam literatur buku-buku sejarah. Apalagi tokoh Madura yang dikenal berani melawan Belanda ini belum masuk sebagai pahlawan nasional. Namun demikian, epos perjuangan Sakera populer bagi masyarakat Jawa Timur, terutama di Pasuruan dan Madura dan tetap awet lewat cerita-cerita ludruk.

Bahkan kisah Pak Sakera ini juga pernah menghiasi layar televisi pada tahun 80-an. Misalnya lewat tayangan ludruk di TVRI maupun lewat film layar lebar yang dibuat pada 1982 silam dengan tokoh utama W.D. Mochtar sebagai Sakera.