Surabaya – Penurunan tarif biaya masuk di Jembatan Surabaya-Madura
(Suramadu) diharapkan mampu berperan dalam mempercepat pembangunan di
Pulau Madura. Oleh karena itu, Badan Pengelolah Wilayah Suramadu (BPWS)
selaku pihak penggelola, diharapkan bisa meningkatkan kinerjanya.
DPRD Jawa Timur sendiri sempat menilai bahwa selama ini peran BPWS tak
terasa dalam perkembangan pengelolaan Suramadu dan dampak positifnya
terhadap pembangunan di Madura. Keberadaan Jembatan Suramadu seperti
tidak mampu memberikan manfaat sebagaimana yang seharusnya bagi
kepentingan Madura maupun Surabaya.
Sebaliknya, bila BPWS mampu berinovasi dan bekerja dengan sangat
baik, tentu pembangunan yang dimulai di kaki Jembatan Suramadu akan
bergerak semakin pesat.
Kacong Man
Sabtu, 20 Februari 2016
Minggu, 08 Maret 2015
Budaya Carok Pak Sakera
HAKIKAT BUDAYA CAROK DI PULAU MADURA DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
A. Pengertian Budaya Carok dan Celurit
Menurut Zulkarnain, dkk. (2003: 75) Carok dalam bahasa Kawikuno
artinya perkelahian. Biasanya melibatkan dua orang atau dua keluarga
besar. Carok adalah sebuah pembelaan harga diri ketika diinjak-injak
oleh orang lain, yang berhubungan dengan harta, tahta, dan wanita.
Intinya adalah demi kehormatan,” papar Ibnu Hajar, budayawan Sumenep.
Sebenarnya budaya carok yang sudah menjadi ikon bagi orang Madura,
sampai detik ini masih belum jelas asal-muasalnya. Berdasarkan legenda
rakyat, adalah bermula dari perkelahian antara Pak Sakera dengan dua
bersaudara, Markasan dan Manbakri, yang antek-antek Belanda.
Minggu, 22 Februari 2015
Kisah Perlawanan Pak Sakera Hingga Mati digantung Belanda
Kisah Pak Sakera memang tidak banyak ditemukan dalam literatur
buku-buku sejarah. Apalagi tokoh Madura yang dikenal berani melawan
Belanda ini belum masuk sebagai pahlawan nasional. Namun demikian, epos
perjuangan Sakera populer bagi masyarakat Jawa Timur, terutama di
Pasuruan dan Madura dan tetap awet lewat cerita-cerita ludruk.
Bahkan kisah Pak Sakera ini juga pernah menghiasi layar televisi pada tahun 80-an. Misalnya lewat tayangan ludruk di TVRI maupun lewat film layar lebar yang dibuat pada 1982 silam dengan tokoh utama W.D. Mochtar sebagai Sakera.
Bahkan kisah Pak Sakera ini juga pernah menghiasi layar televisi pada tahun 80-an. Misalnya lewat tayangan ludruk di TVRI maupun lewat film layar lebar yang dibuat pada 1982 silam dengan tokoh utama W.D. Mochtar sebagai Sakera.
Langganan:
Postingan (Atom)